Remaja Masih Mencari Identitas? Itu Mitos!


Keadaan remaja saat ini semakin membuat miris. Ada banyak kasus kejahatan yang melibatkan remaja sebagai pelakunya, ada banyak video tentang remaja yang berkelakuan amoral, dan masih banyak lagi.

Kenyataannya, hal ini sepertinya dipaksakan harus dimaklumi oleh masyarakat. Karena pendapat yang ada sekarang adalah, masa remaja adalah masa pencarian jati diri, masa mencoba-coba, masa kelabilan emosi, masa membangkang atau memberontak, dan seterusnya.

Padahal sejatinya, masa remaja (14 tahun keatas) merupakan masa dewasa saat seseorang sudah mampu mempertanggung jawabkan sendiri segala perbuatannya. Masa di mana kegemilangan itu mudah dicapai karena potensi diri.

Kondisi remaja saat ini, jauh berbeda dengan apa yang terjadi pada saat Rasulullah SAW dan generasi setelahnya menjalankan peradabannya. Dahulu seorang Usamah bin Zaid radhiallahu ‘anhu, Zaid bin Tsabit, Imam Syafi’i, Imam Ahmad bin Hambal, dan seterusnya, menjadi manusia-manusia besar di usia yang amat belia.

Lalu mengapa remaja sekarang seolah hanya manusia yang dewasa organ reproduksinya saja? Yang hari-harinya diisi hanya mengikuti trend kekinian, dan menjadi generasi alay?

Remaja Masih Mencari Identitas? Itu Mitos!

Istilah kebingungan identitas itu adalah mitos. Remaja harusnya tidak perlu mencari jati diri. Mereka telah mengenali dirinya, tujuan hidupnya, karena sedari kecil telah memiliki keyakinan, komitmen hidup, serta persepsi tentang tanggung jawab. Inilah yang membuat hidup mereka lebih terarah dan tidak mudah terpengaruh oleh teman sebayanya.

Niat dan perlakuan orangtua dalam mendidik anak-anaknyalah yang berperan penting terhadap identitas seorang anak.

Pada saat anak masih kecil, orang tua mengajarkan hafalan surat-surat pendek dan doa-doa, begitu bangganya saat melihat mereka hafal. Pada saat anak menginjak dewasa, orang tua hanya mengasah otaknya saja dan lupa pada jiwanya. Mereka kalang kabut saat anak tidak bisa masuk sekolah terkenal, mereka marah saat anak mendapat nilai jelek pada pelajaran bahasa inggris dan matematika, mereka kecewa saat anak tidak mau mengikuti aneka les diluar sekolah, mereka tenang-tenang saja saat mereka menjadi fans berat seorang artis, dan kecanduan gadget. Tetapi mereka tidak sedih dan risau saat anak mereka lalai shalat dan tidak bisa atau jarang mengaji?

Padahal pangkal perubahan adalah pada jiwa, bukan pada otaknya. Pada jiwa kita sebagai orang tua, dan pada jiwa anak-anak kita.

Ada contoh yang patut kita renungkan. Ketika Ibnu Abbas berusia menjelang remaja, sekitar 13 tahun, Rasulullah SAW Mengajarkan beberapa kalimat yang membekas dalam jiwa. Kata Rasulullah,

“Jagalah (hak) Allah, niscaya Dia akan menjagamu. Peliharalah (hak) Allah, niscaya kamu akan mendapatkan-Nya di hadapanmu. Kenalilah Dia di saat kau bahagia, niscaya Dia akan mengenalimu di saat kau susah. Apabila kau meminta, maka mintalah kepada Allah. Sesungguhnya pena telah mengering, mencatat apa yang ada. Seandainya seluruh makhluk bermaksud menolongmu dengan sesuatu yang tidak ditetapkan oleh Allah untukmu, niscaya mereka tidak akan sanggup melakukannya. Dan jika (manusia) bermaksud mencelakakanmu dengan sesuatu yang tidak ditetapkan Allah bahwa sesuatu itu akan mencelakakanmu, niscaya mereka tidak akan sanggup melakukannya.“ (HR. Ahmad).

Nasihat Rasulullah SAW Ini, membangkitkan muraqabah pada diri anak semenjak dini. Anak memiliki kesadaran bahwa setiap langkahnya senantiasa mendapat pengawasan dari Allah SWT. Ini merangsang anak untuk memiliki kendali perilaku yang berasal dari dalam dirinya. Sekaligus membangkitkan komitmen dan tanggung jawab, sehingga pikiran dan tindakan anak lebih terarah. Pada gilirannya, ini akan memperkuat dan menyucikan maksud dan tujuan sosialnya sehingga anak akan mudah berkorban.

Nah, masihkan anda percaya dengan pendapat bahwa remaja masih mencari identitas? Semoga penjelasan diatas memberikan pencerahan pada hati kita semua para orang tua, dan para remaja yang katanya masih bingung dengan identitasnya. Semoga Allah SWT menjaga dan memperbaiki kondisi anak-anak kita, dan juga kita para orang tua. Aamiin...

Baca juga ------- 10 Cara Mendidik Anak Dalam Islam -------

Subscribe to receive free email updates:

loading...

0 Response to "Remaja Masih Mencari Identitas? Itu Mitos!"

Posting Komentar