Mitos Bunga Tujuh Rupa Dalam Pandangan Islam


Bunga tujuh rupa adalah sebutan bagi sehimpunan bunga yang dipersiapkan untuk upacara keagamaan, khususnya dalam tradisi Asia, seperti India, Indonesia, dan Tionghoa.

Sesuai namanya, terdapat tujuh jenis bunga yang dipakai untuk keperluan ini. Jenis-jenisnya berbeda tergantung tempat dan kepercayaan dari pemakainya. Dalam tradisi Indonesia, jenis-jenis bunga tujuhrupa yang biasa digunakan adalah mawar merah atau putih, cempaka, kantil, kenanga, melati, sedap malam, dan melati gambir.

Bunga tujuh rupa sangat populer di dunia klenik dan ritual adat. Bahkan seperti menjadi piranti wajib yang diklaim sebagai peninggalan para leluhur. Menjelang pernikahan, ruwatan untuk menyingkirkan kesialan, mencari kesaktian, memandikan pusaka, bunga tujuh rupa hampir selalu ada dalam setiap sesaji.

Ketika membeli motor atau mobil, ada orang yang belum berani memakainya sebelum dimandikan dengan bunga tujuh rupa. Mereka menganggap cara ini lebih ampuh. Padahal yang disyariatkan Allah melalui lisan Rasul-Nya, yakni dengan memegang ubun-ubun kendaraan dan membacakan doa,

اللَّهُمَّ إِنِّى أَسْأَلُكَ خَيْرَهَا وَخَيْرَ مَا جَبَلْتَهَا عَلَيْهِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّهَا وَمِنْ شَرِّ مَا جَبَلْتَهَا عَلَيْهِ

“Ya Allah sesungguhnya aku memohon kepadaMu dari kebaikannya dan kebaikan yang engkau anugerahkan atasnya dan aku berlindung kepadaMu dari keburukannya dan keburukan yang engkau ciptakan pada dirinya” (HR.Bukhari dan lainnya).

Mitos Bunga Tujuh Rupa Dalam Pandangan Islam

Ada masyarakat yang percaya bahwa ritual dengan bunga tujuh rupa itu lebih hebat pengaruhnya untuk mengusir roh jahat, setan, dan jin-jin jahat dibandingkan bacaan ta’awudz ataupun surat-surat Mu’awwidzaat dalam al-Qur’an, yakni al-Ikhlas, al-Falaq, dan an-Naas. Padahal didalam Islam, yang melakukan ritual dengan bunga tujuh rupa itu dikenal sebagai orang kafir atau musyrik.

أَمْ لَهُمْ شُرَكَاءُ شَرَعُوا لَهُمْ مِنَ الدِّينِ مَا لَمْ يَأْذَنْ بِهِ اللهُ

“Apakah mereka mempunyai sembahan-sembahan selain Allah yang mensyariatkan untuk mereka agama yang tidak diizinkan Allah?” (QS asy-Syuura 21).

Siapa penemu ritual yang melibatkan bunga tujuh rupa? Jika ditanya sumbernya, alasan paling populer adalah mengikuti tradisi neneka moyang. Jelas nenek moyang yang dimaksud bukanlah Nabi Ibrahim yang bertauhid, bukan pula Nabi Nuh alaihissalam. Tetapi nenek moyang penyembah berhala, atau yang mengagungkan makhluk halus, dan pemuja arwah.

Alasan lain dari sebagian orang yang masih memakai tradisi ini, bahwa bunga tujuh rupa hanyalah sebagai simbol. Masing-masing bunga memiliki filosofi.
Bunga tujuh rupa mempunyai arti dan makna dalam kehidupan manusia, yaitu:
  • Bunga mawar merah: mempunyai makna kelahiran diri manusia ke dunia
  • Bunga mawar putih: mempunyai makna ketentraman, sejahtera, dan damai
  • Bunga kantil: memiliki jiwa spiritual yang kuat untuk meraih sukses lahir maupun batin
  • Bunga melati: dalam melakukan tidakan selalu melibatkan hati atau kalbu, tidak semerta merta melakukan
  • Bunga kenanga: mempunyai makna generasi penerus leluhur
  • Bunga sedap malam: mempunyai makna keharmonisan dan ketentraman
  • Bunga melati gambir: mempunyai makna kesederhanaan

Pemaknaan tersebut sangat subyektif dan berbeda satu sama lain, karena tidak ada patokan selain persangkaan, atau otak atik makna belaka. Apalagi hasil otak atik itu kemudian dijadikan sebagai keyakinan dan amalan, yang disertai keyakinan bisa mendatangkan manfaat maupun mencegah madharat. Ini yang menjadi sebab sesatnya kebanyakan manusia. Allah SWT berfirman,

“Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah)” (QS al-An’am 116).

Sebagai umat Islam, adalah sebuah keharusan bagi kita berpedoman pada Al-Quran dan Hadits shahih dalam bersyariat. Karena Al-Qur'an adalah wahyu Allah SWT Tuhan semesta alam, tiada Tuhan yang berhak disembah selain Allah SWT, Tuhan yang maha benar dengan segala firman-Nya.

Di dalam Al-Qur'an terdapat perintah dan larangan-Nya dan aturan hukum-hukumnya. Sedangkan Hadits adalah segala yang diriwayatkan dari rasulullah Muhammad SAW, baik berupa perkataan, perbuatan, ketetapan, dan sifat akhlak beliau. Kedua sumber hukum inilah yang menjadi pedoman wajib bagi umat muslim dalam menjalani kehidupan. Sesuai dengan firman Allah SWT:

تِلْكَ حُدُودُ اللَّهِ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ يُدْخِلْهُ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الأنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا وَذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ‎.   وَمَنْ يَعْصِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَيَتَعَدَّ حُدُودَهُ يُدْخِلْهُ نَارًا خَالِدًا فِيهَا وَلَهُ عَذَابٌ مُهِينٌ

''Itulah batas-batas (hukum) Allah. Barangsiapa taat kepada Allah dan rasul-Nya, Dia akan memasukkannya ke dalam surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Dan itulah kemenangan yang agung. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan rasul-Nya dan melanggar batas-batas hukum-Nya niscaya Allah memasukkannya kedalam api neraka dia kekal di dalamnya dan dia akan mendapat azab yang menghinakan'' (surat An-Nisa ayat 13-14).

Nah, demikianlah Mitos Bunga Tujuh Rupa Dalam Pandangan Islam. Tidak ada kaitan logis maupun syar'i yang menghubungkan antara kembang tujuh rupa dengan keselamatan ataupun bencana.

Subscribe to receive free email updates:

loading...

0 Response to "Mitos Bunga Tujuh Rupa Dalam Pandangan Islam"

Posting Komentar