Berbakti kepada orang tua, merupakan suatu kewajiban mutlak seorang anak terhadap orang tuanya, tidak terkecuali anak laki-laki atau perempuan. Hal ini merupakan cara seorang anak untuk menghormati dan membalas jasa-jasa orang tua yang telah merawat serta membesarkannya.
Berbakti kepada orangtua tidak sebatas ketika mereka masih hidup. Sebagai anak yang shaleh, pintu birr al walidain (bakti kepada orangtua) tetap terbuka, meski mereka telah meninggal dunia. Berikut ini beberapa Adab Berbakti Kepada Orangtua Yang Sudah Meninggal:
Diriwayatkan dari Abu Malik al-Asy’ari, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Pada umatku ada empat perkara jahiliyah yang tidak mereka tinggalkan. Berbangga dengan kedudukan orangtua, mencela nasab keturunan, minta hujan dengan perantara bintang, dan berbuat niyahah (meratap).” Nabi berkata, “Wanita yang meratap, jika ia tak bertaubat sebelum matinya maka ia dibangkitkan pada hari Kiamat dengan memakai pakaian dari ter dan baju dari kudis.” (Riwayat Muslim)
2. Bersedih boleh asal tidak berlebihan
Lain halnya ketika seorang anak menangis karena perasaan sedih semata. Hal tersebut boleh-boleh saja dan tidak termasuk kategori meratap. Sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika berpisah dengan putranya, Ibrahim, “Sesungguhnya mata ini berlinang dan hati ini sedih. Namun kami tidak berkata melainkan yang diridhai Rabb kami, dan sungguh kami merasa sedih karena berpisah denganmu wahai Ibrahim.” (Riwayat Bukhari)
3. Memohonkan ampun dan rahmat
“Sesungguhnya Allah akan mengangangkat derajat seorang hamba yang shaleh di surga. Lalu dia bertanya: ‘Wahai Rabbku, dari mana aku mendapatkan segala hal ini?’ Maka Allah menjawab: ‘Dengan istighfar anakmu (di dunia) untukmu.” (Riwayat Ahmad, dengan sanad hasan).
4. Segera melunasi hutangnya
Hal pertama yang harus dikerjakan anak sepeninggal orangtua adalah melunasi hutangnya. Terlebih jika mereka meninggalkan harta warisan. Hutang tersebut harus lunas dibayarkan dari harta tersebut sebelum warisan itu dibagi. Firman Allah, “…(Pembagian-pembagian tersebut diatas) setelah (dipenuhi) wasiat yang ia buat dan (sesudah dibayar) hutangnya..” (an-Nisa: 11)
5. Menunaikan nadzarnya
Diceritakan dari Abdullah bin Abbas, seorang perempuan dari Juhainah datang kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, ia berkata: “Sesungguhnya ibuku pernah bernadzar untuk menunaikan haji namun ibuku belum sempat melaksanakannya hingga ia meninggal. Apakah aku boleh menghajikannya?”
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Ya, hajikanlah. Bagaimana pendapatmu jika ibumu memiliki hutang, apakah Engkau akan melunasinya? Tunaikanlah hak Allah, karena Allah lebih berhak untuk ditunaikan hakNya.” (Riwayat Bukhari)
Dalam riwayat lain, Nabi bersabda, “Barangsiapa yang meninggal dunia dan masih memiliki hutang puasa, maka walinya (ahli waris atau keluarganya) berpuasa untuknya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
6. Menjalin silaturahim dengan sahabatnya
Suatu hari Abdullah bin Umar berada di atas kedelai dalam perjalanan menuju Mekkah. Tiba-tiba ia berpapasan dengan seorang badui. Ibnu Umar bertanya: “Bukankah Engkau fulan bin fulan?” Orang itu berkata: “Benar.” Mendengar hal itu, Ibnu Umar langsung menyerahkan keledai itu beserta imamah (sorban) yang ia pakai, “Naiklah kendaraan ini,” katanya. Sebagian sahabat lalu berkata, “Semoga Allah Subhanahu wata’ala mengampuni Anda, kenapa Anda memberi orang Badui ini keledai yang Anda tunggangi dan imamah yang Anda pakai tadi?”
Abdullah bin Umar kemudian menjawab, “Aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Sesungguhnya termasuk birr alwalidain yang paling baik adalah seseorang menjalin hubungan dengan keluarga orang yang dicintai bapaknya setelah meninggal.’ Dan sesungguhnya bapak orang ini adalah teman ayahku, Umar bin Khaththab.” (Riwayat Muslim)
7. Stop mencela
Sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Sesungguhnya termasuk dosa besar yang paling besar adalah melaknat (mencela) kedua orangtuanya. Di antara sahabat ada yang bertanya; ‘Wahai Rasulullah, bagaimana mungkin seorang anak mencela orangtuanya?’ Nabi menjawab, ‘Anak itu mencela bapak seseorang lalu dia balas mencela bapaknya. Anak itu mencela ibu seseorang lalu dia balas mencela ibunya.” (Riwayat Bukhari dan Muslim)
8. Bersedekah atas nama orang tua yang telah tiada.
Dari Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata, “Sesungguhnya ibu dari Sa’ad bin ‘Ubadah radhiyallahu ‘anhu meninggal dunia. Sedangkan Sa’ad pada saat itu tidak berada di sisinya. Kemudian Sa’ad mengatakan, ‘Wahai Rasulullah, sesungguhnya ibuku telah meninggal, sedangkan aku pada saat itu tidak berada di sampingnya. Apakah bermanfaat jika aku menyedekahkan sesuatu untuknya?’ Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, ‘Iya, bermanfaat.’ Kemudian Sa’ad mengatakan pada beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, ‘Kalau begitu aku bersaksi padamu bahwa kebun yang siap berbuah ini aku sedekahkan untuknya’.” (HR. Bukhari no. 2756)
9. Mendoakan
Hal ini senada dengan hadits Rasulullah SAW yang berbunyi: “Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalnya kecuali tiga perkara, yaitu sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan doa anak yang sholeh.” (HR. Muslim, no. 1631)
Dari hadits di atas jelas disebutkan bahwa salah satu dari tiga perkara yang tidak putus adalah doa anak sholeh. Itu artinya kita masih bisa berdoa untuk kebaikan orang tua kita. Oleh karena itu, sudah sepatutnya kita selalu mendoakan orang tua meskipun mereka sudah meninggal. Tentunya doa yang kita panjatkan adalah doa yang baik-baik bagi mereka.
Nah, itu tadi Adab Berbakti Kepada Orangtua Yang Sudah Meninggal. Kalau orang tua kita masih hidup, manfaatkanlah kesempatan berbakti kepadanya walau sesibuk apa pun kita.
loading...
0 Response to "Adab Berbakti Kepada Orangtua Yang Sudah Meninggal"
Posting Komentar