Cerita Dibalik Nisan Tanpa Nama


Pernahkah kamu membayangkan berapa banyak orang yang mati setiap hari? Dari sekian banyak itu, berapa orang yang mati karena patah hati lalu bunuh diri? Mereka yang lupa atau bahkan tak pernah punya kartu tanda pengenal, hingga kemudian meregang nyawa dan tidak punya nama? Siapa yang mengurus orang-orang tak dikenal ini? Siapa yang akan memakamkan mereka? Bagaimana nasib mereka usai ditemukan tak bernyawa?

Mayat-mayat tanpa identitas disebut sebagai tunawan. Tunawan kerap berujung sebagai statistik belaka. Misalnya, jika kamu meninggal karena sial tertabrak mobil di pinggir jalan tanpa membawa kartu identitas, jasad akan dibawa ke beberapa titik pengepulan mayat. Di RS, jasad akan dibersihkan, dimandikan, lantas dikafani. Jika tidak ada kabar selama beberapa waktu, maka jasad tanpa nyawa itu akan dibawa ke beberapa titik untuk dimakamkan tanpa nama.

Jika kamu beruntung dan sangat-sangat beruntung, mayatmu akan didoakan, disalati, dan diazankan. Jika tidak, maka tubuhmu hanya akan dikubur di sebuah liang sedalam setengah meter untuk kemudian habis ditutupi ilalang. Untuk hal ini, kalian mesti berterima kasih dengan pemerintah daerah melalui Dinas Pertamanan dan Pemakaman (DPP). Mereka turut ambil bagian membantu dalam hal penjemputan jenazah, penyediaan lahan kubur, dan ongkos pemakaman yang ditanggung pemerintah daerah.

Kondisi makam para tunawan yang telah dikuburkan bertahun lampau, kumuh, berantakan, penuh ilalang, dan sama sekali tidak menarik. Beberapa nisan hilang ditelan alang-alang, pasak nisan lapuk dimakan cuaca, hingga makam yang kemudian rata dengan tanah tanpa tanda.


Cerita Dibalik Nisan Tanpa Nama

Ternyata, tidak semua mayat tanpa identitas berujung di pemakaman. Beberapa jika beruntung dapat berguna bagi ilmu pengetahuan. Mayat ini digunakan sebagai alat praktik bagi mahasiswa kedokteran. Mayat-mayat ini meski tidak dikuburkan, diperlakukan dengan sebaik-baiknya atas nama kemanusian peradaban. Di Fakultas Kedokteran, setidaknya ada enam mayat yang digunakan untuk praktikum. Beberapa di antaranya merupakan mayat lama yang diawetkan untuk digunakan selama berulang-ulang.

Mayat-mayat tanpa identitas yang dikuburkan tanpa nama ini, lebih layak dikasihani daripada ditakuti. Jangan bayangkan film-film horor yang dengan sebuah paku, kamu bisa menghidupkan mayat menjadi manusia. Orang-orang tanpa identitas ini, nyaris tanpa guna dan sedikit sekali yang peduli.

Selama ini, apabila ada penemuan mayat tanpa identitas, warga akan melaporkan kepada kepolisian. Pihak kepolisian, setelah dikonfirmasi kebenarannya di lokasi, mereka akan menghubungi DPP. Mayat tersebut dijemput dan dibawa ke RS untuk kemudian di otopsi. Jika jenazah yang ditemukan dalam rentang waktu lima hari sejak ditemukan tidak ada yang mencari, maka pihak kepolisian dan RS akan menghubungi DPP untuk proses penguburan.

Setiap harinya, rata-rata ada 4-5 orang tunawan yang dijemput oleh pihak DPP. Sementara jika tunawan itu mati akibat laka lantas, pihak kepolisian yang langsung menghubungi RS untuk membawa mayat tersebut. Sebagian besar mayat merupakan korban kecelakaan lalu lintas, kasus pembunuhan, sakit, dan overdosis. Ada pula yang tidak jelas asal usulnya, biasanya mayat gelandangan yang ditemukan oleh masyarakat.

Para penjemput tunawan ini telah banyak menemui berbagai kasus kematian yang bisa dibayangkan penggila film horor. Mayat hasil aborsi, mayat korban mutilasi, mayat korban kebakaran, hingga korban tabrakan yang hancur berantakan.

Nah, itulah Cerita Dibalik Nisan Tanpa Nama. Jika kalian menemukan nisan tanpa nama, maka luangkan sedikit waktu untuk mendoakannya.

Subscribe to receive free email updates:

loading...

0 Response to "Cerita Dibalik Nisan Tanpa Nama"

Posting Komentar